Sabtu, 08 Januari 2011

Rahim - Fahd Djibran


Novel ini menceritakan proses kehidupan di alam rahim dengan dua tokoh utama Dakka yang berprofesi sebagai pengantar berita dari alam rahim, dan Sang bayi botak. Kisah ini berawal dari Fetus sampai masa kelahiran.

Bahasa penulis sangat santun dan terkesan ke-bapak-an sekali, tapi saat masuk ke bagian tengah cerita, bahsanya terasa sangat "cewek"..mungkin karena ceritanya halus kali,ya.. :D
Bab favorit saya di novel ini adalah "aborsi" dan "ayah". Keduanya sangat menyentuh dan membuat air mata kita jatuh perlahan.

Oh iya,,ada ilustrasi yang saya suka di hal 263, walaupun ilustrasi lainnya menurut saya agak kurang nakal, terkesan serius.
Sepertinya sang penulis berusaha membuat pembaca sedikit berimajinasi ketika membaca novel ini, ada karakter seperti : ikan mas sebagai koki, nenek olav pengoleksi koran, gadis buta penunjuk jalan, yang akan ditemui sang bayi botak di perjalanannya di alam rahim. Namun usaha penulis terasa kurang maksimal. Imajinasinya bersifat tanggung, walaupun cukup menghibur. Membuat saya berpikir apa maksud dibalik karakter-karakter yang dipilihnya untuk ditampilkan dalam cerita ini.

Kalau masih penasaran, bisa mampir ke 7heaven Jl. Raden Patah No.12, Bandung. Untuk siapapun yang ingin tau perjalanan manusia di dalam rahim ibunda :).

Satu pesan yang menarik dari penulisnya " Bila Anda menemukan kebaikan dalam buku ini dan Anda cukup terkesan..Teruskanlah kebaikan ini ".

(Prissy)

Kamis, 06 Januari 2011

Love, Aubrey (Suzanne Lafleur)


dear Jilly,
Kurasa aku tidak akan pulang dalam waktu dekat. Hari ini, Gram membawaku ke sekolah terdekat. Aku tau kau selalu ingin bersekolah dan Savannah bilang kau tidak pernah mendapat kesempatan, tapi mungkin dia bohong. Mungkin kau sesekali pergi ke sekolah bersamanya.
Aku tidak menceritakan ini kepada Gram, tapi saat aku menunggu di kantor kepala sekolah, aku membaca arsipku. Aku takut dengan yang kubaca di situ. Seakan semua itu terjadi pada orang lain, atau seolah seseorang menuliskan serangkaian mimpi buruk lalu menempelkannya di arsipku. Sejak membacanya, aku merasa mual sekali. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya, memikirkan Dad dan Savannah, juga Mom. Kupikir aku sudah berpura-pura terlalu lama bahwa semuanya baik-baik saja, padahal, sungguh, semakin hari semakin sulit.
Kurasa itu saja yang ingin kukatakan kepadamu saat ini. Aku akan cepat-cepat mengirimkan surat ini kepadamu sebelum aku merobeknya.

Love,
Aubrey

Begitulah secarik surat yang ditulis Aubrey untuk Jilly, sahabat khayalan Savannah, yang menjadi tempat curhat Aubrey sejak kepergian Savannah. Sejak kehilangan Dad, Savannah dan kaburnya Mom, Aubrey benar-benar kehilangan, menjadi sulit mengutarakan perasaan, sampai Gram datang dan ia berkenalan dengan Bridget.

Kehilangan orang-orang tersayang memang merupakan masa-masa sulit bagi setiap orang, apalagi bila itu terjadi begitu saja. Tapi toh kita semua akan hilang dengan sendirinya nanti, kan?

Saya sampai menitikkan air mata pada halaman-halaman terakhir. Gaya bahasa Suzzie (pangilan akrab saya untuk Suzzane Lafleur, yang baru saja saya karang) sangat gampang dicerna, kisahnya juga bagus dan mengharukan, kita dibuat seolah ikut mengalami kepedihan dan kegundahan Aubrey.

Setiap kata memiliki makna, setiap cerita mengandung maksud. Pelajaran yang dapat dipetik dari novel ini adalah bahwa setiap kehilangan memang meninggalkan bekas dan luka yang dalam, tapi apapun bentuknya jangan biarkan diri kita terjerat terlalu dalam, jangan biarkan genangan air mata, kakunya bibir, bekunya hati jadi sia-sia dan jadi penghalang kita untuk merasa bahagia lagi.

let it be and see what's gonna be

Love, Prissy


p.s : bukunya sudah bisa dibeli di 7heaven,loh!. Jl. Raden Patah no.12 Bandung